Review
Jurnal
KESESUAIAN LAHAN
BUDIDAYA RUMPUT LAUT EUCHEUMA
COTTONII
DI PERAIRAN TARAKAN DENGAN FAKTOR PEMBATAS VARIABILITAS ENSO DAN MUSIM
Evie
Avianti1)2), Nani Hendiarti2) & Tuty
Handayani1)
ABSTRAK
Satelit inderaja
oseanografi Aqua MODIS dan altimetri digunakan untuk mempelajari perubahan
parameter lingkungan perairan Tarakan (suhu, klorofil-a, arus permukaan)
terhadap variabilitas ENSO dan musim, agar diperoleh pemahaman dinamika
oseanografi selama perioda El Nino (Desember 2008, Januari-Februari 2009), La
Nina (September-Oktober-November 2010), dan Normal ((Mei-Juni-Juli 2012), Musim
Barat (Desember, Januari, Februari selama 2008, 2009, 2010, 2012), dan Timur
(Juni, Juli Agustus selama 2009, 2010, 2012). Analisis kesesuaian lahan
budidaya Eucheuma cottonii menggunakan pengukuran langsung pada 11 titik
sampling pada 11 Juli 2013 di perairan pantai Amal dan Mamburungan, dan P.
Sadau dengan parameter suhu, salinitas, kecerahan, turbiditas, kimia keasaman,
nitrat, fosfat, kalium. Hasil penelitian menunjukkan faktor lingkungan sangat
dipengaruhi variabilitas ENSO dan Musim. Perairan timur Tarakan memiliki
tingkat kesesuaian lebih tinggi daripada bagian barat. Arus Lintas Indonesia
mempengaruhi transfer massa air dari kolam panas Pasifik Barat memasuki
perairan Tarakan. Pada perioda El Nino dan musim Timur perairan Tarakan timur
memiliki tingkat kesesuaian tinggi dan selama La Nina dan Musim Barat tingkat
kesesuaian tinggi berpindah ke utara perairan Tarakan. Analisis kesesuaian
lahan budidaya dengan metoda scoring dan pembobotan menunjukkan perairan
sekitar pantai Amal sampai selatan memiliki kesesuaian paling tinggi dan pantai
Mamburungan dan P. Sadau dengan kesesuian sedang. Analisis tingkat kesesuaian di
perairan Tarakan menggunakan data satelit inderaja memberikan informasi pada
perioda El Nino berada di pantai Amal dan Tanjung Simaya, perioda La Nina di
Tanjung Simaya dan Juata, perioda Normal di Tanjung Binalatung dan Simaya,
Musim Barat di Tanjung Simaya dan Juata, dan Musim Timur di pantai Amal dan
Tanjung Selayang.
PENDAHULUAN
Satelit Aqua MODIS
dapat merekam informasi perubahan karakteristik yang terjadi di perairan
Indonesia setiap pagi dan malam setiap hari. Satelit altimetri TOPEX/POSEIDON
dan yang terkini JASON 1 dan 2 dapat mengamati perubahan topografi muka air
laut dan arus geostrofik yang terjadi di suatu perairan (Ducet et al., 2000,
Traon et al., 1998).
Satelit inderaja
oseanografi di atas dimanfaatkan untuk memantau perubahan kondisi lingkungan
perairan Kota Tarakan yang disebabkan variabilitas ENSO dan musim dan
pengaruhnya terhadap pengembangan budidaya rumput laut jenis Eucheuma cottonii.
Pengukuran langsung parameter oseanografi di perairan pantai Tarakan juga
digunakan untuk validasi dan analisis kesesuaian lokasi budidaya rumput laut.
Makalah ini melakukan analisis matrik kesesuaian dengan masukan data satelit
inderaja suhu permukaan laut, klorofil-a, dan arus permukaan untuk mendapatkan
informasi lokasi potensial kesusaian lahan untuk pengembangan budidaya rumput
laut Eucheuma cottonii berdasarkan faktor pembatas variabilitas kondisi
oseanografi perairan Tarakan yang dipengaruhi perubahan ENSO dan musim di
perairan Tarakan.
TUJUAN
Penelitian ini
dilakukan untuk mengetahui tingkat kesesuai lahan budidaya rumput laut Euchema
cottonii dengan pembatas perubahan ENSO dan Musim di perairan Tarakan, Kalimantan.
METODE
PENELITIAN
Penelitian dilakukan di
perairan Tarakan dengan mengambil batas wilayah geografis 3.117° – 3.466°
Lintang Utara dan 117.425° – 117.782° Bujur Timur. Beberapa parameter
lingkungan yang diukur langsung (in situ) mencakup kondisi fisika, kimia dan
biologi oseanografi yang berpengaruh terhadap kualitas rumput laut Eucheuma
cottonii. Pemilihan lokasi untuk pengambilan beberapa sampel dilakukan di 11
stasiun pengamatanlyang ada di perairan Tarakan. Dalam penelitian ini lokasi
untuk pengukuran dan pengambilan sampel adalah Pantai Amal, Mamburungan dan
Pulau Sadau.
Pengambilan data
satelit inderaja oseanografi dilakukan selama Tahun 2008, 2009, 2010 dan 2012
untuk citra satelit Aqua MODIS dan altimetry. sedangkan untuk pengambilan data
langsung di lapangan (in situ) dilakukan pada 11 Juli 2013.
Variabilitas ENSO
ditinjau pada kejadian El Nino (diwakili pada 3 bulan puncak, yaitu: Desember
2008, Januari dan Februari 2009); La Nina (diwakili pada 3 bulan puncak, yaitu:
September 2010, Oktober 2010 dan November 2010); dan Normal (diwakili pada 3 bulan
puncak, yaitu: Mei 2012, Juni 2012, dan Juli 2012), sedangkan Musim Barat
diwakili pada 3 bulan puncak, yaitu: Desember, Januari dan Februari selama
rentang pengamatan 2008, 2009, 2010, dan 2012 dan Musim Timur diwakili pada 3
bulan puncak, yaitu: Juni, Juli dan Agustus selama rentang pengamatan, 2009,
2010, dan 2012.
Untuk acuan periodisasi
ENSO, digunakan indek ONI (Oceanic Nino Index) karena perairan Tarakan
berdekatan dengan lokasi terjadinya ENSO di perairan ekuator Pasifik. Indek ONI
selama perioda pengamatan ENSO dari 2008 s/d 2013. ONI positif > 0,5
didefinisikan sebagai perioda El Nino, dan ONI negatif > -0,5 didefiniskan
sebagai perioda La Nina, sedangkan nilai diantaranya didefinisikan sebagai
perioda normal.
Analisis sampel air
laut yang diperoleh dari pengukuran lapangan dianalisis di Laboratorium Proling
Institut Pertanian Bogor (IPB), sedangkan untuk pemrosesan data citra satelit
dilakukan di NEONET (Nusantara Earth Observation Network) - Badan Pengkajian
dan Penerapan Teknologi.
Pengolahan
Data Satelit Inderaja dan Pengukuran Langsung
Analis
Kesesuaian Lokasi Budidaya Rumput Laut Euchema cottonii
Pada penelitian ini, analisis
kesesuaian lahan budidaya rumput laut dilakukan dalam 4 tahap, yaitu:
1.
Penyusunan matriks
kesesuaian lahan budidaya rumput laut,
2.
Pembobotan dan
pengharkatan (scoring),
3.
Analisis proximity
(pendekatan), yaitu membuat buffer berupa zona penyangga di sekeliling feature
(informasi) dari coverage (tematik) input (titik dan garis) untuk membuat suatu
coverage baru, dan
4.
Analisis overlay
(tumpang susun), yaitu proses penampakan coverage, dilakukan untuk menganalisis
dan mengidentifikasi hubungan spasial antara feature-feature dari coverage.
Pembobotan
(Weighting) dan Pengharkatan (Scoring)
Total nilai dari hasil
perkalian nilai bobot parameter dengan skor tersebut selanjutnya dipakai untuk
menentukan kelas kesesuaian lahan budidaya rumput laut berdasarkan
karakteristik kualitas perairan dengan perhitungan sebagai berikut:
Y
= Σ ai. Xn
dengan: Y = Nilai Akhir, ai =
Faktor pembobot, Xn = Nilai tingkat kesesuaian lahan Interval kelas
kesesuaian lahan diperoleh berdasarkan metode Equal Interval (Prahasta, 2002
dalam Septian, 2014) guna membagi jangkauan nilai-nilai atribut ke dalam
sub-sub jangkauan dengan ukuran yang sama.Perhitungannya adalah sebagai
berikut:
I
= ((Σai . Xn).(Σai . Xn)min) / k
dengan: I = Interval kelas
kesesuaian lahan, k = Jumlah kelas kesesuaian lahan yang diinginkan.
Kelebihan:
Ø Pemantauan
perubahan kondisi oseanografi yang terjadi di suatu perairan dapat dipantau
dengan cepat (resolusi waktu dalam harian) dan akurat (resolusi spasial dalam
meter) hingga mencapai daerah terpencil yang sulit dijelajah melalui pengamatan
langsung.
Ø Cakupan
cukup luas.
Ø Metode penentuan kesesuaian lokasi rumput laut
dijelaskan secara detail.
Kekurangan:
Ø Tidak adanya/ditulisnya letak geografis dari 11 titik
sampling.
Ø Pada peta titik lokasi in
situ Eucheuma cottoni di perairan kota Tarakan, atribut peta yang kurang,
yaitu nama kegiatan dan proyeksi.
Ø Pada peta batimetri sekitar pulau Tarakan, atribut peta yang
kurang, yaitu logo & pelaksana kegiatan, nama kegiatan dan arah mata angina
serta skala.
Ø Pada peta batimetri sekitar pulau Tarakan juga ada teluk di
sekitar pantai Mamburungan yang tidak terdeteksi/tampak.
Ø Tidak adanya diagram alir penentuan kesesuaian lokasi
rumput laut.
Ø Pada kriteria kesesuaian lahan untuk budidaya rumput
laut, urutan parameter/kriteria tidak sesuai dengan nilai bobotnya. Seharusnya
urutan parameter/kriteria mengikuti nilai bobotnya, dari nilai bobot terbesar
sampai yang terkecil.
HASIL
DAN PEMBAHASAN
Dinamika
Oseanografi Selama Perioda ENSO dan Perubahan Musim
Nilai
rerata dan standar deviasi Suhu Permukaan Laut (SPL), klorofil-a (kl-a) dan
arus permukaan di perairan Tarakan selama perioda ENSO (El Nino, La Nina, dan
Normal) ditunjukkan masing-masing pada Gambar 4 dan 5. Perairan bagian timur
Tarakan memiliki dinamika oseanografi yang baik untuk kesuburan perairan dengan
SPL rendah dan daerah pertemuan (front) SPL dan kl-a yang rendah dan
tinggi. Transport bersih (net transport) arus bergerak ke timur laut
sebesar 6 cm/s menunjukkan perairan Tarakan dalam waktu yang lama dipengaruhi
arus dari selatan perairan Selat Makassar, dimana arus musim ditemukan sangat
kuat selama musim barat dapat memasuki perairan Selat Makassar dan mencapai
perairan Tarakan, meskipun nilainya kecil 6 cm/s.
Perairan
Tarakan sangat dipengaruhi suplai massa air dari kolam panas Pasifik Barat
melalui laut Sulawesi di utara perairan Tarakan (Fine et al., 1994.
Kondisi ini terlihat selama perioda El Nino 2009 dengan SPL relatif lebih
rendah dengan rerata 28°C
(Gambar 6A) , La Nina 2010 (Gambar 6B) dengan SPL relatif tinggi 29,5°C dan Normal 2012 (Gambar 6C) dengan SPL sedang 29°C. Kondisi SPL selama musim barat (Gambar 6D) dan
timur (Gambar 6E) tidak terjadi kontras perbedaan yang mencolok, yaitu selama
musim barat memiliki SPL dengan rerata 28,5°C dan musim timur dengan rerata 28,6°C. SPL musim timur relatif lebih tinggi, karena
mendapatkan suplai SPL hangat lebih besar dari kolam panas Pasifik barat.
Dengan mengetahui dinamika
oseanografi SPL ini dapat diketahui perairan timur Tarakan memiliki potensi
kesuburan yang bagus selama terjadi fenomena El Nino. Pengaruh musim tidak
terlihat perbedaan sangat kontras, namun musim timur menunjukkan kesuburan yang
relatif lebih besar di perairan timur Tarakan.
Suplai massa air
dari kolom panas Pasifik Barat di perairan Tarakan juga terlihat pada sebaran
kl-a relatif tinggi dalam kisaran 6 – 7 mg/L yang menandakan kesuburan dengan
produktivitas primer tinggi berada di bagian timur laut sampai utara perairan
Tarakan. Konsentrasi kl-a relatif tinggi di wilayah tersebut terjadi pada
perioda El Nino 2009 dan konsentrasi kl-a sedang selama perioda Normal 2012
serta lebih rendah selama perioda La Nina 2010. Musim timur dan barat
menunjukkan konsentrasi kl-a relatif tinggi di wilayah tersebut dengan
perluasan wilayah kesuburan sampai bagian timur perairan Tarakan terjadi pada
musim timur.
Pergerakan dan
besarnya arus permukaan di perairan Tarakan selama perioda El Nino 2009
menunjukkan pergerakan ke arah barat daya dan selatan dalam kisaran 45 – 60
cm/s. Arus permukaan ini merupakan arus lintas Indonesia (Arlindo) yang
mengalir dari kolam Pasifik Barat melalui laut Sulawesi dan memasuki perairan
Tarakan sebelum ke Selat Makassar. Pergerakan arus permukaan di perairan
Tarakan dipengaruhi pergerakan arus yang datang dari selatan Selat Makassar dan
bergerak ke arah timur laut dengan kisaran kecepatan 25 – 35 cm/s. Pergerakan
arus ini melawan pergerakan Arlindo yang pada perioda normal ke arah selatan
mendominasi perairan Tarakan dengan kisaran kecepatan 50 – 60 cm/s.
Pergerakan arus permukaan selama musim barat dipengaruhi oleh kondisi
regional ENSO, yaitu arus bergerak ke barat daya selama period El Nino 2009 dan
ke timur laut selama perioda La Nina 2010 dan ke selatan selama perioda Normal
2012 dengan masing-masing kecepatan 35, 50 dan 60 cm/s. Kondisi pergerakan arus
yang sama seperti di atas terjadi juga selama musim timur dengan intensitas
kecepatan berbeda masing-masing 40, 45, dan 35 cm/s. Dengan demikian diketahui
dinamika arus di perairan Tarakan dipengaruhi Arlindo selama perioda El Nino
dan Normal. Arlindo tidak berpengaruh terhadap dinamika arus di perairan
Tarakan selama perioda La Nina 2010. Kecepatan arus pada musim barat relatif
lebih tinggi daripada musim timur. Hasil ini berbeda dengan pengukuran arus di
kanal Labani Selat Makassar (Gordon et al., 2008) yang melaporkan arus
pada musim timur lebih besar daripada musim barat selama 2004 – 2006. Hal ini
menunjukkan pengaruh arus yang datang dari selatan Selat Makassar, seperti arus
musim, lebih dominan daripada Arlindo.
Kelebihan:
Ø Penjelasan dari penulis sangat jelas dan sesuai dengan
data pada gambar.
Kekurangan:
Ø Atribut peta yang tidak ada pada peta Rerata, Standar
Deviasi dan selama ENSO & Musim untuk SPL dan Klorofil-a, yaitu logo &
pelaksana kegiatan, nama kegiatan, proyeksi, inset & indeks peta dan sumber
peta. Sedangkan Atribut peta yang tidak ada pada peta Rerata, Standar Deviasi
dan selama ENSO & Musim untukArus Permukaan, yaitu logo & pelaksana
kegiatan, nama kegiatan, judul peta, proyeksi dan sumber peta.
Ø Hanya
4 dari 8 parameter/kriteria
dari matrik kesesuaian lahan budidaya rumput laut yang ada, yaitu kecepatan arus, kedalaman, suhu, klorofil-a. Namun yang dijelaskan hanya kecepatan arus, suhu,
klorofil-a serta perubahannya terhadap ENSO dan Musim.
Kesesuaian
Lahan Budidaya Rumput Laut Eucheuma
cottonii
di Perairan Pantai Amal, Mamburungan dan Pulau Sadau
Model Builder
adalah suatu aplikasi yang ada di dalam software ArcGIS yang berguna
untuk membuat, mengubah dan mengatur model, yaitu layer-layer dalam bentuk
raster yang dapat dihubungkan satu sama lain dengan menggunakan perangkat
geoprosesing (ESRI 2010).
Penelitian ini
melakukan identifikasi zonasi kesesuaian perairan untuk lokasi budidaya rumput
laut Eucheuma cottonii. Model Builder digunakan dengan memasukkan
rumus yang terdiri dari perhitungan matriks kesesuaian parameter-parameter yang
mempunyai bobot dan scoring. Analisis matriks kesesuaian untuk kegiatan
budidaya laut diawali dengan penyusunan matriks kesesuaian. Data primer yang
berupa data yang didapat dari lapangan digunakan dalam analisis matriks ini
(Septian et al. 2014). Perhitungan matriks kesesuaian dilakukan untuk
pemberian skala penilaian. Skala penilaian adalah sebagai berikut:
1. S1 (Sangat Sesuai), apabila lahan tidak mempunyai pembatas yang
berarti untuk mempertahankan tingkat pengelolaan yang diterapkan.
2. S2 (Sesuai), apabila lahan mempunyai pembatas agak berarti untuk
mempertahankan tingkat pengelolaan yang harus diterapkan.
3. N (Kurang Sesuai), memiliki kelayakan yang rendah yaitu perairan
memiliki faktor pembatas yang kuat untuk budidaya rumput laut, sehingga sangat
berpengaruh terhadap kualitas perairan. Kondisi ini tidak memungkinkan untuk
pengembangan budidaya rumput laut.
Peta kesesuaian lokasi budidaya rumput laut Eucheuma cottonii di
perairan Tarakan. Perairan bagian timur – tenggra - selatan Tarakan memiliki
tingkat kesesuaian paling tinggi untuk budidaya rumput laut, sedangkan bagian
barat daya – barat relatif lebih rendah.
Analisis kesesuaian ini
sama dengan rekomendasi pengukuran langsung in situ parameter oseanografi
(suhu, salinitas, kecerahan, turbiditas, keasaman, nitrat, fosfat, kalium dan
klorofil) yang memberi indikasi perairan pantai Amal di bagian timur Tarakan
memiliki rekomendasi paling tinggi/sesuai.
Analisis matrik tingkat
kesesuaian perairan Tarakan menggunakan data satelit inderaja oseanografi untuk
data SPL, kl-a, dan arus permukaan terhadap variabilitas ENSO dan Musim di
perairan pantai Amal dan Mamburungan, dan P. Sadau menunjukkan kesamaan hasil
menggunakan analisis kesesuaian lahan budidaya rumput laut Eucheuma cottonii
dengan input data parameter fisika dan kimia oseanografi dari hasil pengukuran
langsung, yaitu kesesuain lokasi budidaya dengan nilai sangat tinggi (sangat
sesuai) berada di perairan pantai Amal dan sedang (sesuai) di perairan pantai
Mamburungan dan P. Sadau.
Analisis matrik tingkat
kesesuaian dilakukan juga untuk seluruh perairan Tarakan untuk mendapatkan
informasi spasial lokasi yang memiliki kesesuaian tinggi, sedang, dan tidak
sesuai berdasarkan variabilitas ENSO dan perubahan Musim dengan masukan data
satelit inderaja suhu permukaan laut, klorofil-a dan arus permukaan sesuai
dengan kriteria yang sudah ditentukan.
Hasil analisis matrik tingkat kesesuaian perairan Tarakan untuk
pengembangan budidaya rumput laut Eucheuma cottonii berdasarkan variabilitas
ENSO dan Musim. Tingkat kesesuaian sangat tinggi pada perioda El Nino berada di
perairan pantai Amal dan Tanjung Simaya; La Nina di Tanjung Simaya dan Juata;
Normal di Tanjung Binalatung sampai Tanjung Simaya; Musim Barat di Tanjung
Simaya, dan Juata; dan Musim Timur di pantai Amal dan Tanjung Selayang.
Analisis matrik tingkat
kesesuaian ini menunjukkan lokasi kesesuaian perairan Tarakan sangat bergantung
pada perubahan kondisi lingkungan perairan yang dipengaruhi variabilitas ENSO
dan Musim. Tingkat kesesuaian perairan menentukan lokasi pengembangan budidaya
rumput laut, sehingga informasi spasial dan temporal perubahan lokasi budidaya
dapat dikembangkan untuk menentukan waktu tanam dan kebutuhan lainnya.
Kelebihan:
Ø Warna pada kedua peta terlihat jelas perbedaan antara
daerah S1, S2 dan N.
Ø Luas daerah/nilai kisaran S1, S2 dan N pada peta
kesesuaian lahan budidaya rumput laut di perairan Tarakan sudah terhitung
secara otomatis sehingga luasan dapat dilihat.
Kekurangan:
Ø Atribut peta yang tidak ada pada peta kesesuaian lahan
budidaya rumput laut di perairan Tarakan, yaitu logo dan pelaksana kegiatan,
nama kegiatan, proyeksi dan sumber peta.
Ø Pada peta kesesuaian lahan budidaya rumput laut di
perairan Tarakan, teluk disekitar pantai Mamburungan tidak terdeteksi/tampak.
Ø Atribut peta yang tidak ada pada peta zonasi
pengembangan budidaya rumput laut berdasarkan ENSO dan Musim di Tarakan, yaitu
logo dan pelaksana kegiatan, nama kegiatan, proyeksi, inset & indeks peta
dan sumber peta.
Ø Sebaiknya daerah lebih di detailkan lagi dengan
memplotkan titik pada daerah yang sangat sesuai dan sesuai (lebih baik lagi
jika ada titik koordinat atau letak secara geografis) agar masyarakat sekitar
dapat lebih detail dalam meletakkan tempat pembudiyaan rumput laut Eucheuma cottoni.
KESIMPULAN
Satelit inderaja
oseanografi digunakan untuk mempelajari perubahan parameter lingkungan perairan
Tarakan, yaitu: suhu, klorofil-a dan arus permukaan terhadap variabilitas ENSO
(El Nino Southern Oscillation) dan perubahan Musim agar diperoleh pemahaman dinamika
oseanografi selama perioda El Nino, La Nina dan Normal, dan Musim Barat dan
Timur. Pemahaman ini diperlukan untuk mengetahui tingkat kesesuaian perairan
Tarakan menurut waktu (temporal) dan ruang (spasial). Informasi faktor
lingkungan perairan selanjutnya digunakan untuk menentukan lokasi budidaya
rumput laut Eucheuma cottonii melalui analisis kesesuaian dengan
mempertimbangkan parameter fisika dan kimia oseanografi yang diperoleh melalui
pengukuran langsung (in situ) di perairan pantai Amal dan Mamburungan, dan P.
Sadau.
Faktor lingkungan
perairan sangat dipengaruhi variabilitas ENSO dan perubahan musim dan menjadi
faktor pembatas tingkat kesesuaian lahan budidaya rumput laut Eucheuma
cottonii. Dalam kaitan ini dinamika oseanografi yang memiliki kesuburan tinggi
berkorelasi dengan tingkat kesesuaian tinggi. Perairan bagian timur Tarakan
memiliki tingkat kesesuaian lebih tinggi daripada di bagian barat. Arus Lintas
Indonesia (arlindo) mempengaruhi transfer massa air dari kolam panas Pasifik
Barat memasuki perairan laut Sulawesi dan mencapai Tarakan (Gordon, 1986). Pada
perioda El Nino dan Musim Timur perairan Tarakan bagian timur menunjukkan
tingkat kesesuaian yang tinggi dan selama perioda La Nina dan Musim Barat
tingkat kesesuaian perairan berpindah ke bagian utara perairan Tarakan.
Analisis kesesuaian
lahan budidaya rumput laut Eucheuma cottonii dengan metoda scoring dan
pembobotan menunjukkan perairan sekitar pantai Amal sampai ke selatan memiliki
kesesuaian tinggi dan perairan pantai Mamburungan dan P. Sadau memiliki
kesesuaian sedang.
Analisis matrik tingkat
kesesuaian di perairan Tarakan menggunakan data satelit inderaja oseanografi
memberikan informasi wilayah potensial pengembangan budidaya rumput laut pada
perioda El Nino di perairan pantai Amal dan Tanjung Simaya, perioda La Nina di
perairan Tanjung Simaya dan Juata, perioda Normal di Tanjung Binalatung dan
Simaya, Musim Barat di perairan Tanjung Simaya dan Juata, dan Musim Timur di
perairan pantai Amal dan Tanjung Selayang.
DAFTAR
PUSTAKA
Anggadiredja,
J., Zatnika, A., Purwoto, H., & Istini, S. (2006). Rumput Laut,
Pembudidayaan, Pengolahan dan Pemasaran Komoditas Perikanan Potensil.
Penebar Swadaya Jakarta. 147 hlm.
Ariyati,
R.W., Sya’rani, L. & Arini, E. (2007). Analisis Kesesuaian Perairan Pulau
Karimunjawa dan Pulau Kemujan Sebagai Lahan Budiaya Rumput Laut Menggunakan
SIstem Informasi Geografi. Jurnal Pasir Laut, Vol 3, No.1, Juli 2007.
27-45
Aviso
Satelillte Altimetrry Data: http://www.aviso.altimetry.fr/en/data/products/sea-surface-height-products.html,
Diakses tanggal 20 Februari 2015
Ducet
N, Le Traon PY, & Reverdin, G. (2000). Global high-resolution mapping of
Ocean Circulation from The Combination of T/P and ERS-1/2. Jurnal Geophys
Res 105:19477-19498
ESRI.
(2010). Model Builder-Executing Tools Tutoril. ESRI copyright
Fine
R.A., Lukas, R., Bingham, F., Warnar, M. & Gammon, R. (1994). The Westhern
Equatorial Pacific: a water mass crossroads. J. Geophys. Res.,90, pp.
25063-25080
Gordon,
A, R. (1996). Interocean exchange of thermocline water, J. Geophys. Res.,
91, pp.5037-5046
Gordon,
A. L., Susanto, R. D., Ffield, A. Huber, B. A., Pranowo, W. & Wirasantosa,
S. Makassar Strait Throughflow, 2004 to 2006,., Geop Res Letts, Volume
35, Issue L24605, , (2008), 10.1029/2008GL036372
Materi kuliah Pemetaan
Sumberdaya Kelautan (IKL-311) yang disampaikan oleh Yar Johan, S.Pi., M.Si.
pada tahun 2015. Ilmu Kelautan, Fakultas Pertanian, Universitas Bengkulu
National
Oceanic and Atmospheric Administration . n.d National Wheather Service Web:
Climate Prediction Center. http://www.cpc.noaa.gov/products/analysis_monitoring/ensostuff/ONI_change.shtml,
Diakses tanggal 27 Maret 2015
National
Aeronotics and Space Admninistration n.d. MODIS Web : Components.
http://modis.gsfc.nasa.gov/about/components.php. Diakses tanggal 20
Februari 2015
National
Aeronotics and Space Admninistration n.d. MODIS Web : About. http://modis.gsfc.nasa.gov/about/components.php.
Diakses tanggal 20 Februari 2015
Keputusan Menteri Negara Lingkungan Hidup Nomor 51 Tahun 2004
tentang Baku Mutu Air Laut.
Khasanah, U. (2013). Analisis Kesesuaian Perairan untuk Lokasi
Budidaya Rumput Laut Eucheuma cottonii di Perairan Kecamatan Sajoanging,
Kabupaten Wajo. Skripsi. Jurusan Ilmu Kelautan dan Perikanan. Universitas
Hasanudin. Makasar
Le Traon PY, Nadal F. & Ducet N. (1998). An Improved Mapping
Method of Multisatellite Altimeter Data. Jurnal Atmos Ocean Technol 15: 522-533
Prahasta, Eddy. (2011). Tutorial ArcGis Dekstop untuk Bidang
Geodesi dan Geomatika. Penerbit Informatika, Bandung.
Septian, I, Suherman, H. & Harahap, S.A. (2014). Pemetaan
Kesesuaian Perairan Untuk Budidaya Rumput Laut di Kepulauan Anabas Provinsi
Kepulauan Riau. Jurnal Perikanan Kelauatan, Vol. V(2):240-247
Undang-undang Republik Indonesia Nomor 1 Tahun 2014, tentang
Perubahan atas Undang-undang Nomor 27 Tahun 2007 Tentang Pengelolaan Wilayah
Pesisir dan Pulau-pulau Kecil
Team
Revisi Jurnal:
Shandra
Falwaguna (E1I013032)
Okta
Rivaldi (E1I013033)
Dengan bimbingan Yar Johan, S.Pi., M.Si.
Mahasiswa
program studi Ilmu Kelautan, Fakultas Pertanian, Universitas Bengkulu.